SEPAK BOLA
1.FIFA kependekan dari......
2.Jarak titik tendangan hukuman pinalty dengan garis gawang adalah....meter.
3.Dalam sepak bolapemain mendapat peringatan dari wasit berarti pemain tersebut
Mendapatkan......
4.Kartu merah dalam sepak bola berarti........
5.Jarak lawan saat terjadi tendangan bebas langsung adalah minimal..........
SEPAK BOLA
1.Sebutkan 5macam kejuaraan/kompetisi sepak bola tingkat nasional............
2.Sebutkan nama-nama club sepak bola yang kamu ketahui dari masing-masing negara :
A. Italia C. Jerman
B. Inggris D. Belanda
BELAJAR KARAKTER DARI SEPAK BOLA
Pendidikan
karakter itu bukanlah sesuatu yang muluk-muluk atau sulit. Pendidikan karakter
sebenarnya sudah ada dimana-mana. Sudah ada dikeluarga, dilingkungan sosial,
sekolah, tempat hiburan dan lainnya. Tapi kali ini kita akan belajar sesuatu
inti yang penting tentang pendidikan karakter dari sepak bola.
Ya, kenapa sepak bola karena kondisi atau contoh ini akan sangat
mudah di analogikan (disamakan) dengan kondisi dan bagaimana mendidik karakter
di dalam sekolah dan rumah. Pada dasarnya pendidikan karakter adalah memberikan
aturan main dalam kehidupan dan lingkungan sosial disertai dengan konsekuensi
yang berlaku didalamnya. Lalu hubungan dengan sepak bola? Mudah, dalam sepak
bola sudah berlaku aturan yang sangat baku dan jelas. Ada aturan main dan
konsekuensi. Jika melanggar ada kartu kuning (peringatan), kartu merah (keluar
dari permainan), free kick, penalty, corner kick, bahkan denda uang bagi pemain
dan team. Bahkan yang lebih “sadis” lagi jika team tersebut harus turun kasta
ke liga yang lebih rendah lagi.
Sebagai pecinta sepak bola, saya sangat senang dan berulang kali
menggunakan contoh ini kepada guru dan orang tua yang ingin tahu tentang bagaimana
mendidik karakter anak dengan menggunakan contoh ini. Seorang anak perlu
mengembangkan pemahaman yang benar tentang bagaimana dunia ini bekerja,
mempelajari “aturan main” segala aspek yang ada di dunia ini dan “hidup”
didunia ini. Nah, masalahnya anak pada saat lahir dia tidak memiliki “konsep
sosial” didalam kepalanya, oleh karena itu anak perlu tahu bagaimana aturan –
aturan yang ada didalam dunia ini. Inilah Pendidikan Karakter, mudah kan?
Supaya tidak kena kartu kuning, jangan melanggar. Jika melanggar
lagi ya kartu merah. Sehingga banyak dari pemain sepak bola jika kesal terhadap
team lawan selalu berusaha menjaga sikap dengan berusaha menghormati wasit dan
tetap mengeluarkan uneg-uneg nya. Ya inilah dunia manusia, terkadang ada yang
sesuai dan tidak tetapi diperlukan aturan untuk membuat semuanya teratur.
Dalam permainan sepak bola pemain inti dalam sebuah pertandingan
adalah wasit. Banyangkan jika bermain tidak ada wasit maka kemungkinan besar
bukan pertandingan sepak bola lagi yang kita lihat. Tetapi UFC (Ultimate
Fighting Championship) di lapangan sepak bola, alias tarung bebas dilapangan
sepak bola. Sama dalam dunia pendidikan di sekolah perlau ada figure yang
berperan seperti wasit dalam pertandingan sepak bola yang menjadi “penjaga”
aturan di sekolah. Dan seringkali hal inilah yang menjadi kelemahan, wasit di
sekolahnya tidak berfungsi dengan baik. Sama halnya dirumah, orang tua kurang
dapat menjadi wasit dengan baik. Sehingga pendidikan karakter kurang dapat
berjalan dengan maksimal.
Perlu kita ketahui semua, pendidikan karakter bukan semata-mata
memberikan pengetahuan semata tetapi menetapkan aturan dan konsekuensi
dilingkungan sekolah dan dirumah. Dalam peraturan sekolah misal: anak tidak
bawa buku pelajaran maka konsekuensinya mendapatkan tugas tambahan. Ini harus
jelas dan konsisten, serta dikomunikasikan kepada semua pihak termasuk orang
tua.
Jika kita melanggar aturan lalu lintas maka jelas kita kena
tilang, dan kita bisa pilih mau slip merah atau biru. Merah bayar di tempat,
jika biru kita bayar di tempat yang ditunjuk untuk mengurusi tilang (Bank BRI).
Dan ini konsisten dan semua masyarakat Indonesia yang menggunakan kendaran
bermotor sudah tahu. Inilah dasar dari pendidikan karakter. Ada aturan yang
jelas dan konsekuensi.
Berikutnya, memang sebaiknya seorang yang bertanggung jawab
dibidang pendidikan karakter adalah seorang yang memiliki minat, dalam dunia
“kemanusian” tidak mesti psikolog. Kenapa sebab ini berkaitan dengan menata
aturan dan konsekuensi bagi anak didik. Tentunya aturan ini harus ditata
berdasarkan jenjang dan usia dan skala pelanggaran. Misal: hukuman anak yang
mencuri atau merusak dengan sengaja property sekolah tentunya akan berbeda
dengan anak yang lupa membawa alat tulis, atau tidak membawa catatan.
Nah, yang terpenting bagi kita semua bahwa pendidikan karakter
bukanlah sesuatu yang rumit. Ini sangat mudah dan ada banyak sekali contohnya
disekitar kita, tinggal kita mau apa tidak. Perlu upaya untuk menerapkan ini,
kita perlu mengetahui dan belajar tentang seluk beluk manusia dan bagaimana
mengatasinya. Sebab manusia saat dilahirkan tidak disertai manual book-nya,
lain seperti Black Berry yang kita beli dan sudah disertakan manual book-nya
dan ada petunjuk bagaimana menggunakannya.
Pendidikan
karakter itu bukanlah sesuatu yang muluk-muluk atau sulit. Pendidikan karakter
sebenarnya sudah ada dimana-mana. Sudah ada dikeluarga, dilingkungan sosial,
sekolah, tempat hiburan dan lainnya. Tapi kali ini kita akan belajar sesuatu
inti yang penting tentang pendidikan karakter dari sepak bola.
Ya, kenapa sepak bola karena kondisi atau contoh ini akan sangat
mudah di analogikan (disamakan) dengan kondisi dan bagaimana mendidik karakter
di dalam sekolah dan rumah. Pada dasarnya pendidikan karakter adalah memberikan
aturan main dalam kehidupan dan lingkungan sosial disertai dengan konsekuensi
yang berlaku didalamnya. Lalu hubungan dengan sepak bola? Mudah, dalam sepak
bola sudah berlaku aturan yang sangat baku dan jelas. Ada aturan main dan
konsekuensi. Jika melanggar ada kartu kuning (peringatan), kartu merah (keluar
dari permainan), free kick, penalty, corner kick, bahkan denda uang bagi pemain
dan team. Bahkan yang lebih “sadis” lagi jika team tersebut harus turun kasta
ke liga yang lebih rendah lagi.
Sebagai pecinta sepak bola, saya sangat senang dan berulang kali
menggunakan contoh ini kepada guru dan orang tua yang ingin tahu tentang
bagaimana mendidik karakter anak dengan menggunakan contoh ini. Seorang anak
perlu mengembangkan pemahaman yang benar tentang bagaimana dunia ini bekerja,
mempelajari “aturan main” segala aspek yang ada di dunia ini dan “hidup”
didunia ini. Nah, masalahnya anak pada saat lahir dia tidak memiliki “konsep
sosial” didalam kepalanya, oleh karena itu anak perlu tahu bagaimana aturan –
aturan yang ada didalam dunia ini. Inilah Pendidikan Karakter, mudah kan?
Supaya tidak kena kartu kuning, jangan melanggar. Jika melanggar
lagi ya kartu merah. Sehingga banyak dari pemain sepak bola jika kesal terhadap
team lawan selalu berusaha menjaga sikap dengan berusaha menghormati wasit dan
tetap mengeluarkan uneg-uneg nya. Ya inilah dunia manusia, terkadang ada yang
sesuai dan tidak tetapi diperlukan aturan untuk membuat semuanya teratur.
Dalam permainan sepak bola pemain inti dalam sebuah pertandingan
adalah wasit. Banyangkan jika bermain tidak ada wasit maka kemungkinan besar
bukan pertandingan sepak bola lagi yang kita lihat. Tetapi UFC (Ultimate
Fighting Championship) di lapangan sepak bola, alias tarung bebas dilapangan
sepak bola. Sama dalam dunia pendidikan di sekolah perlau ada figure yang
berperan seperti wasit dalam pertandingan sepak bola yang menjadi “penjaga”
aturan di sekolah. Dan seringkali hal inilah yang menjadi kelemahan, wasit di
sekolahnya tidak berfungsi dengan baik. Sama halnya dirumah, orang tua kurang
dapat menjadi wasit dengan baik. Sehingga pendidikan karakter kurang dapat
berjalan dengan maksimal.
Perlu kita ketahui semua, pendidikan karakter bukan semata-mata
memberikan pengetahuan semata tetapi menetapkan aturan dan konsekuensi
dilingkungan sekolah dan dirumah. Dalam peraturan sekolah misal: anak tidak
bawa buku pelajaran maka konsekuensinya mendapatkan tugas tambahan. Ini harus
jelas dan konsisten, serta dikomunikasikan kepada semua pihak termasuk orang
tua.
Jika kita melanggar aturan lalu lintas maka jelas kita kena
tilang, dan kita bisa pilih mau slip merah atau biru. Merah bayar di tempat,
jika biru kita bayar di tempat yang ditunjuk untuk mengurusi tilang (Bank BRI).
Dan ini konsisten dan semua masyarakat Indonesia yang menggunakan kendaran bermotor
sudah tahu. Inilah dasar dari pendidikan karakter. Ada aturan yang jelas dan
konsekuensi.
Berikutnya, memang sebaiknya seorang yang bertanggung jawab
dibidang pendidikan karakter adalah seorang yang memiliki minat, dalam dunia
“kemanusian” tidak mesti psikolog. Kenapa sebab ini berkaitan dengan menata
aturan dan konsekuensi bagi anak didik. Tentunya aturan ini harus ditata
berdasarkan jenjang dan usia dan skala pelanggaran. Misal: hukuman anak yang
mencuri atau merusak dengan sengaja property sekolah tentunya akan berbeda
dengan anak yang lupa membawa alat tulis, atau tidak membawa catatan.
Nah, yang terpenting bagi kita semua bahwa pendidikan karakter
bukanlah sesuatu yang rumit. Ini sangat mudah dan ada banyak sekali contohnya
disekitar kita, tinggal kita mau apa tidak. Perlu upaya untuk menerapkan ini,
kita perlu mengetahui dan belajar tentang seluk beluk manusia dan bagaimana
mengatasinya. Sebab manusia saat dilahirkan tidak disertai manual book-nya,
lain seperti Black Berry yang kita beli dan sudah disertakan manual book-nya
dan ada petunjuk bagaimana menggunakannya.
No comments:
Post a Comment